Salah satu ikon wisata Religi di Tuban adalah makam Sunan Bonang. Seorang diantara 9 wali songo yang sangat terkenal di Tanah Jawa.
Menurut beberapa sumber, Makam sunan bonang terdapat di beberapa tempat. Ada yang mengatakan di dusun Bonang Lasem kab. Rembang-Jateng, di pulau Bawean kab. Gresik-Jatim, di desa Singkal kab. Kediri-Jatim dan di Kelurahan Kutorejo kab. Tuban-Jatim.
Tetapi diantara ke empat lokasi tersebut, Makam sunan Bonang yang terdapat di kelurahan Kutorejo Tuban adalah yang paling banyak di kunjungi peziarah, baik yang berasal dari dalam negeri atau turis asing.
Hampir tiap hari, terutama pada hari-hari libur, makam ini selalu dipadati oleh ratusan bahkan ribuan peziarah. Oleh karenanya, Pemkab Tuban merasa perlu untuk membuatkan satu terminal khusus bagi para peziarah, yang terletak kurang lebih 500 meter dari lokasi makam. Hal ini dimaksudkan agar pengaturan lalu lintas peziarah dapat lebih terfokus sehingga tidak menimbulkan kemacetan di beberapa ruas jalan yang lain.
Sunan Bonang atau yang bernama asli Raden Makhdum Ibrahim, dikenal sebagai salah satu penyebar agama islam di Jawa. Merupakan keturunan dari Raden Rahmat dan Nyi Ageng Manilo. Nyi Ageng Manilo sendiri adalah Putri seorang Tumenggung Majapahit yang bernama Arya Teja yang pada waktu itu berkuasa di Tuban.
Dalam melaksanakan dakwahnya, beliau selalu menggunakan cara-cara persuasif melalui pendekatan budaya lokal. Sehingga menarik masyarakat sekitar untuk mengikuti ajakannya. Salah satu bukti pendekatan persuasive tersebut adalah Beliau menciptakan tembang Tombo Ati, yang sampai sekarang banyak dinyanyikan dan diaransemen oleh beberapa musisi tanah air.
Menurut cerita sejarah, dalam berdakwah, Sunan Bonang sering menggunakan media bonang (salah satu jenis alat music khas Jawa/gamelan). Ini bisa dimaklumi, karena pada waktu itu, jenis kesenian semacam wayang kulit dan tayub, yang semuanya menggunakan gamelan, sangatlah digemari masyarakat. Dan lewat kesenian itulah, sedikit demi sedikit, nilai-nilai Islam dimasukkan dan hal-hal yang menyimpang dari kesenian-kesenian tersebut perlahan-lahan dihilangkan.
Salah satu hal unik yang terdapat di makam Sunan Bonang dan bisa dianggap sebagai kenang-kenangan dari Beliau adalah adanya Tasbih Biji Pisang. Tasbih ini berwarna hitam, dan merupakan untaian biji pisang yang sudah dari sononya seperti sudah diiris dan diberi lubang. Buah pisang ini, kalau dikupas, isinya hanya biji-biji tasbih tersebut, nggak ada dagingnya. Begitu dikupas, anda tinggal merangkainya menjadi tasbih. Ajaib bukan? Benar-benar ajaib.
Makam Sunan Bonang, terletak dibelakang Masjid Agung Tuban. Jalan masuknya melalui Gapuro yang terletak di pojok Barat alun-alun Tuban. Begitu memasuki area makam tersebut, akan akan menjumpai berbagai macam piring kuno yang tertempel di dinding-dinding area makam. Disana juga terdapat sebuah masjid tua yang dibangun oleh Sunan Bonang sendiri, namanya masjid Astana. Masjid ini, dulunya dipakai sebagai pusat dakwah Islam oleh Beliau.
Di depan masjid Astana, anda juga dapat menemukan peninggalan yang lain berupa tempat wudhu dari batu. Yang masih terawat sangat baik hingga saat ini.
Jika anda berkesempatan berziarah ke Makam Sunan Bonang, setelah dari makam jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati kemegahan Masjid Agung Tuban dan juga keunikan Goa Akbar. Dua lokasi tersebut sangat dekat dengan komplek Makam, dan telah menjadi trade mark tersendiri bagi kota Tuban. (achonk)
*Foto diambil dari: pendidikandanpariwisata.blogspot.कॉम
http://kotatuban.com/makam-sunan-bonang-tuban/
0 komentar:
Posting Komentar