Oleh : Anastasia Yuliantari
Kota Tuban menyimpan banyak situs bersejarah. Tak mengherankan, karena kota di pesisir pantai utara Jawa ini merupakan kota tua. Berikut dua situs bersejarah yang dapat dikunjungi bila sempat mampir ke Tuban.
Tempat pertama ini berkaitan dengan kedatangan bala tentara Tiongkok yang hendak menyerbu Kerajaan Singosari karena raja Singosari menolak untuk mengakui keagungan Negeri Naga sebagai penguasa. Mereka membawa ratusan kapal dengan ribuan bala tentara untuk memberi pelajaran pada kerajaan pembangkang yang ada di seberang lautan. Usaha mereka tak sia-sia, ratusan kapal itu berhasil merapat di Ujung Galuh, pantai yang berada di kawasan Tuban sekarang.
Adalah Raden Wijaya yang telah terusir dari Singosari akibat penyerbuan Jayakatwang secara kebetulan bertemu dengan mereka. Atas kecerdikan salah seorang pembantunya, calon raja pertama Majapahit itu mengarahkan pasukan asing itu untuk menyerbu Jayakatwang yang telah menewaskan ayah mertua dan meluluh-lantakkan kerajaan istrinya. Tak ayal pasukan asing itu berhasil mengalahkan musuh bebuyutannya.
Setelah berhasil bala tentara asing itu hendak pulang ke negerinya, namun di tengah jalan diserang oleh Raden Wijaya beserta para pengikutnya sehingga menyebabkan mereka mengalami kekalahan dan tak hendak lagi menunjukkan kekuasaannya di Nusantara.
Menurut pemandu wisata yang mendampingi tour ini, para bala tentara itu sempat bermukim cukup lama dan mendirikan Klenteng Kwan Sin Bio. Klenteng Kwan Sin Bio ini mempunyai symbol Kepiting dan hanya berjarak beberapa meter dari bibir pantai.
Symbol kepiting raksasa di atap bangunan
Suasana di dalam Klenteng. Bangunan di tengah merupakan gazebo yang mengambang di atas kolam dan dapat dicapai melalui jembatan putih memanjang dari pintu gerbang di ujung foto
Di belakang gazebo yang mengambang di atas kolam terdapat bangunan bertingkat yang dipergunakan oleh para peziarah untuk tinggal selama melakukan perziarahan
Naga yang banyak dilukis dan dibuat patung dalam kelenteng
Dalam salah satu bangunan klenteng dibuat patung-patung dari berbagai figure yang ada dalam sejarah maupun kepercayaan penganut Konghuchu dan Budha
Lampion-lampion yang berderet sepanjang teritisan bangunan tampak menawan di siang hari. Terbayang bila menyala di malam hari, pasti seindah film-film Tiongkok tempo dulu yang banyak ditayangkan di televisi
Bila berkenan, para pengunjung dapat menyantap makan siang, pagi, atau malam di salah satu bagian klenteng. Tak perlu merogoh kantong, karena makanan ini disediakan secara gratis oleh pengurus klenteng.
0 komentar:
Posting Komentar